Kamis, 18 Juni 2015

Tanpa Judul

21 May 2011, 12:16am
 
Dak sebar kembang sigra minggah sanggar pamujan mangsah semedi patraping semedi dadya donga pikuwat kanggo kupu kang suwek swiwine sajroning ati
Pratandhaning gara gara, bumi gonjang ganjing, lindhu sedina ping pitu, obahing jagat prakempa, samodra kadya kinocak, kopat kapit pethite sang hyang anantaboga, gunung tarung padha gunung, akeh kayu sol kaprapal, ambelasah katempuh ing latu mangalat – alat, sumukira sumundhul ing antariksa, sumrambah kahyanganing jawata, kagyating hapsara – hapsari, swaranira gumuruh lir gerah, tekap ing undar andir bawana, kawah candradimuka kadya kinebur, padhola mangambak ambak, udan barat salah mangsa, bledheg thatit aliweran, mubyar – mubyar pindha dhedhet erawati. Sumuking wardaya mahanani daya prabawa dadi gara gara !!!
Anak Bajang menggiring angin naik kuda sapi liar ke padang bunga, mengembalakan kerbau raksasa. Lidi jantan sebatang disapukan ke jagad raya, dikurasnya samudra dengan tempurung bocor di tangannya. Di gelaran sayap Garudayaksa, naik anak bajang ke bukit hardacandra janur gebang berayun ayun, anak bajang berarak arakan dalam iringan panjang para pecangakan dan kemamang di belakang, riang memanjang barisan warudoyong dan singabarong, dhenokongkrong dan dadhungwinong berkebit kebit di ekor carubawor.
Paro petang bulan purnama lelap tertidur anak bajang dekat perapian kundakencana, di belalai gading gajahmeta dan bisa permata nagaraja dengan tikar daun runya
Di negeri atas angin, berhembus nafas naga giyani dan mintuna meniupkan samirana dukula anak bajang terbang hinggap di pucuk mandira menari nari bersama kukila. Di bawah perempuan menangis melahirkan pedang dari luka luka kedukaan, sedih anak bajang bertanya bunda, ‘kenapa kaurobek kainmu dengan darah sedang hendak merayap aku di antara dua bukitmu?’
Gelap pun gulita dengan empat nafsu cahaya, anak bajang menyalakan dian teja darpasura, bumi bergoncang dahana menyala, jaladri pecah, prahara melimbah limbah. Anak bajang dikejar dua manusia senjatanya pedang emas, payung kecana menghadang disana raksasa, mulutnya berlumuran darah, ikan berbisa, anak bajang meronta ronta menolak susu wanita yang menutup payung hitamnya.
Gumuruh malam kumbang, ular jantan di kiblatan, dipeluk petang jalanan catur denda, anak bajang menubruk sunya. Langit mendung, hujan bintang, matahari padam, senyum bulan muram, kusuma terbang merebut singgasana awan, bidadari turun telanjang di madu madu buah dadanya, menusu anak bajang sekeras duka dukanya, tangis dan sorak gambiralaya lahir di saptapratala, dunia tua berusia bayi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar