Kamis, 18 Juni 2015

Purnama Musim Kemarau Oleh Bumi Jawata

15 February 2012, 4:37pm
 

Purnama Musim Kemarau Oleh Bumi Jawata. 15 Februari 2012 Pukul 01.12

Aywa nyaruwe kalamun durung gaduk sira iku janma cubluk truntum sarwa kaladuk aluwung ngedi satindak-tanduk mindhak kawiyak padine wong nguja wadhuk jancuk !
Seorang pangeran beranjak gila, ia merasa tak pernah bersua manusia, yang nyata. Saya, tanpa embel-embel apapun di belakangnya, buhul-sintak yang disebut bahagia. Seperti sidharta, ia pun beringsut meninggalkan gebyar istana, berkelana. Dan seperti diogenes si asu athena, yang hidup seadanya, tampil sekenanya. Lelaku jiwa yang dibangunnya pun tak berusaha menjejali metafisika, tak ada dewa, surga, ataupun neraka di seberang sana. Sonya, cuma mulur-mungkretnya karsa, yang mesti dicandra.
Sebelum ada agama ada budaya, agama dan budaya bisa menyatu, tapi tidak semua sejalan. Dari agama kita hargai budaya, bukan membeda-bedakan agama dengan budaya. Kalaupun kita tidak setuju dengan suatu budaya, (menurut keyakinan saya) tak usah membawa agama, (kepercayaan) saya tidak diperbolehkan saling mencela, (kepercayaan) saya menganjurkan cinta ke semua.
Sebonek apa dirimu? Seberapa gila dan getir pencarianmu? Seberapa ning rasamu? Seberapa besar nyalimu untuk hanyut dalam dengung lebah. Tawon Gumana, yang pada akhirnya sama belaka dengan dengung lalat. Laler Mengeng, di kedalaman batinmu itu?
Sebermulanya cuma untaian kata dan nada yang sederhana, lalu datanglah kuasa, akhirnya : penghilangan ribuan nyawa jelata tak berdosa mengatasnamakan tuhannya.
Kamu pikir siapa dirimu? Mulutmu fasih ketika berlafadz jihad, tobat, laknat, maupun maksiat! Padahal otakmu sarap, perangaimu biadab! Dan kamu pikir tuhan bersamamu? Surga menantimu? Bagaimana bisa seyakin itu? Dungu kamu! Hidup manusia bukanlah perkara matematika yang mudah diterka. Asu dengamu! Asu dengan dakwahmu! Hidup masyarakat adat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar