Sabtu, 28 Februari 2015

Laut Malam Kabaruan



 
Hari ini aku dan temanku baru saja dari Melong. Saat berangkat kami bersama banyak orang dengan kepentingan mereka masing-masing. Kami berangkat naik perahu bersama penumpang tujuan Lirung. Perahu kami berangkat amat terlambat dari biasanya. Belum lagi saat berjalan gelombang besar membuat perahu berayun-ayun tak beraturan seakan-akan perahu akan terbalik saja, membuat para awak perahu bekerja keras menyeimbangkan posisi perahu agar tak sampai terbalik. Rasa takut ada, tapi selama ada banyak penumpang di sini, rasa takut tak terlalu berarti bagiku. Justru rasa senang karena aku memiliki pengalaman ini lah yang muncul. Perahu singgah di Lirung untuk menurunkan penumpang tujuan Lirung. Hanya tersisa sekitar lima orang yang bertujuan Melong. Tuan perahu sudah berusaha mencari penumpang dari Lirung yang hendak ke Melong, agar perahunya memuat lebih banyak penumpang. Namun hari ini dia sedang tak beruntung hingga tak bisa mendapatkan penumpang lebih dari lima.
Sampai di Melong pun hari sudah siang. Kami segera melakukan apa yang menjadi tujuan kami. Begitu selesai kami kembali ke pelabuhan dan ternyata perahu terakhir sudah berangkat, tak ada perahu lagi dari Melong ke Lirung ataupun Mangaran. Pilihan kami hanya tinggal speed atau kapal. Kapal kini tak pernah singgah di Mangaran, jika kami naik kapal maka kami akan turun di Lirung dan harus naik perahu atau speed ke Mangaran, sedangkan waktu saat itu menunjukkan pukul 15.00, waktu tersebut juga menunjukkan bahwa  perahu terakhir di Lirung juga sudah berangkat, karena biasanya perahu terakhir dari Lirung ke Mangaran berangkat antara pukul 13.00 sampai 14.00. Untuk naik speed kami harus menunggu sampai penumpang speed genap 10 orang atau lebih, baru speed mau berjalan.
Untunglah        
Namun saat pulang kami hanya tinggal berdua.
Perjalanan Lirung - Mangaran 18:51 WITA
Perahuku mulai didorong mesin dan melaju ke tujuan. Terang menjadi petang hingga berganti malam. Lautan mulai diselimuti kegelapan malam, langit mulai menampakkan bintangnya, mulut-mulut tertutup kelelahan, wajah-wajah bermuram keringat. Semuanya membisu, sunyi, hanya terdengar lirih suara riak air yang terbelah ujung perahu dan suara bising mesin yang memonopoli seluruh isi gendang telinga. Perahuku diayun ombak perlahan. Terasa sensasi alam yang luar biasa. Lautan malam ini sungguh menawan.  Inilah kuasa Tuhan.

Sabtu, 1 Maret 2014
Mangaran – Peret
20.05 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar