Hari ini aku
dan temanku baru saja dari Melong. Saat berangkat kami bersama banyak orang
dengan kepentingan mereka masing-masing. Kami berangkat naik perahu bersama
penumpang tujuan Lirung. Perahu kami berangkat amat terlambat dari biasanya.
Belum lagi saat berjalan gelombang besar membuat perahu berayun-ayun tak
beraturan seakan-akan perahu akan terbalik saja, membuat para awak perahu
bekerja keras menyeimbangkan posisi perahu agar tak sampai terbalik. Rasa takut
ada, tapi selama ada banyak penumpang di sini, rasa takut tak terlalu berarti
bagiku. Justru rasa senang karena aku memiliki pengalaman ini lah yang muncul.
Perahu singgah di Lirung untuk menurunkan penumpang tujuan Lirung. Hanya
tersisa sekitar lima orang yang bertujuan Melong. Tuan perahu sudah berusaha
mencari penumpang dari Lirung yang hendak ke Melong, agar perahunya memuat
lebih banyak penumpang. Namun hari ini dia sedang tak beruntung hingga tak bisa
mendapatkan penumpang lebih dari lima.
Sampai di
Melong pun hari sudah siang. Kami segera melakukan apa yang menjadi tujuan
kami. Begitu selesai kami kembali ke pelabuhan dan ternyata perahu terakhir
sudah berangkat, tak ada perahu lagi dari Melong ke Lirung ataupun Mangaran.
Pilihan kami hanya tinggal speed atau kapal. Kapal kini tak pernah singgah di
Mangaran, jika kami naik kapal maka kami akan turun di Lirung dan harus naik
perahu atau speed ke Mangaran, sedangkan waktu saat itu menunjukkan pukul
15.00, waktu tersebut juga menunjukkan bahwa
perahu terakhir di Lirung juga sudah berangkat, karena biasanya perahu
terakhir dari Lirung ke Mangaran berangkat antara pukul 13.00 sampai 14.00.
Untuk naik speed kami harus menunggu sampai penumpang speed genap 10 orang atau
lebih, baru speed mau berjalan.
Untunglah
Namun saat
pulang kami hanya tinggal berdua.
Perjalanan
Lirung - Mangaran 18:51 WITA
Perahuku mulai didorong mesin dan
melaju ke tujuan. Terang menjadi petang hingga berganti malam. Lautan mulai
diselimuti kegelapan malam, langit mulai menampakkan bintangnya, mulut-mulut
tertutup kelelahan, wajah-wajah bermuram keringat. Semuanya membisu, sunyi,
hanya terdengar lirih suara riak air yang terbelah ujung perahu dan suara
bising mesin yang memonopoli seluruh isi gendang telinga. Perahuku diayun ombak
perlahan. Terasa sensasi alam yang luar biasa. Lautan malam ini sungguh
menawan. Inilah kuasa Tuhan.
Sabtu, 1 Maret 2014
Mangaran – Peret
20.05 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar